"Kami sempat menditeksi alat untuk menggandakan data nasabah di kartu ATM atau alat skimming dan kamera yang digunakan untuk mengintip PIN nasabah yang dipasang di ATM BCA. Kebanyakan alat tersebut dipasang di tempat keramaian seperti pusat perbelanjaan, penginapan hingga bandara," ungkap Wakil Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, selepas Press Conference di Press Room Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2010).
Pihaknya mengungkapkan bahwa tindakan yang dilakukan di 13 lokasi tersebut merupakan tindakan murni kejahatan. Dan bukan karena kelalaian nasabah.
Jahja menjelaskan alat ini dipasang di sejumlah ATM yang ramai dikunjungi orang. Lokasinya yakni Bali Deli Nusa Dua, Hard Rock, Agung Cottage, Goza Swalayan, Bintan Swalayan, Pesona Minimarket, Graha Santi, Puri Naga, Glori Restoran, Bali Padma Hotel, Minimarket Kuta, Oky Kuta, serta Bandara Ngurah Rai.
Modus kejahatannya, pelaku memasang alat ini pagi hari sekira pukul 08.00 WIB atau pukul 09.00 WIB. Selang dua jam kemudian, pelaku mengambil alat skimming dan kamera untuk mengintip PIN tersebut.
"Modus pelaku itu memasang alatnya hanya hit and run. Makanya tidak ketahuan," katanya.
Seluruh modus ini terlihat dari CCTV yang dipasang perseroan di ATM. Saat terjadi masalah, Jahja mengatakan, pihaknya langsung memutar CCTV ini.
Menurutnya, pelaku kejahatan merupakan sindikat internasional. Bahkan, kejadian tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia. Kasus ini terjadi di mana-mana. Interpol Jerman juga sempat datang dan sharing dengan BCA.
Untuk masalah pembobolan tersebut, dana nasabah hilang sekira Rp5 miliar dari 200 rekening nasabah. Namun pihaknya mengaku sudah menyelesaikan dan mengembalikan dana nasabah sebesar 90 persen.
Sementara sisanya merupakan nasabah nakal yang mengaku kehilangan uang. Padahal uang tersebut ditarik oleh pihak nasabah sendiri. "Untuk nasabah nakal itu ada sekira 30 orang yang mengaku kehilangan," jelasnya.
Jahja juga mengaku kebobolan dana nasabah sebesar Rp5 miliar tersebut, ada 90 persen dana ditarik dari Australia dan sebesar 10 persen dari Toronto. Sehingga pihak BCA melakukan pemblokiran seluruh transaksi perbankan menuju dan dari Toronto dan Australia.
"Ada penarikan dana sekira Rp4,5 miliar ditarik di Australia. Jadi untuk saat ini transaksi ke Australia juga diblokir. Jadi maaf kalau mahasiswa Australia yang mau bayar kuliah tidak bisa untuk sementara. Sedangkan sekira Rp500 juta ditarik dari Toronto yang menggunakan ATM Link Cirrus. Karena Link Cirrus bisa menarik dana dari seluruh dunia," tuturnya.
Untuk mencegah kebobolan terulang kembali, pihaknya terus meningkatkan kapasitas IT. Tahun ini pihaknya menganggarkan upgrade IT sebesar USD50 juta per tahun. Dana tersebut dialokasikan untuk upgrade jaringan IT, hardware, software dan sekaligus penambahan 50 kantor cabang di Indonesia.
Direktur Compliance & Human Capital Bank Mandiri Bambang Setiawan menjelaskan pihaknya sudah mewaspadai sentra ATM di tempat ramai. Pihaknya mengaku telah memberikan keamanan secara fisik dan logis.
Untuk pengamanan fisik, Bank Mandiri telah mengerahkan tim patroli berkala ke ATM, memasang kamera pengintai (spy camera) dan penjagaan oleh satpam. Sementara untuk pengamanan logis, pihaknya menyiapkan penutup PIN (PIN Covered), antifraud system, pembatasan penarikan dana nasabah via ATM, alatantiskimmer hingga notification sms banking.
"Tapi kami juga mengimbau kepada nasabah agar melihat kondisi di dalam ruangan ATM. Jangan sampai ada benda tambahan seperti kamera atau benda-benda asing lainnya. Selain itu hindari orang-orang yang meminta sesuatu di saat kita keluar dari ruangan mesin ATM," ungkapnya.
Pihaknya juga menyarankan ke nasabah agar melihat nomor call center yang ditempatkan di atas mesin ATM. Abaikan pula jika pihak call center meminta nomor PIN karena pihak call center dilarang meminta PIN nasabah. Jika ada yang meminta, kata Bambang, berarti itu pembobol.
Sumber : okezone.com
0 komentar:
Post a Comment